Rabu, 27 Juli 2011

HANTU SAHABAT


 Arum berlari terengah-engah. Ditangannya kotak misik berwarna keperakan hampir-hampir jatuh karena ayunan tangan saat ia berlari. Mendekati sekolahnya SMP 29 larinya semakin cepat. Tak peduli yang berada didepannya ia tandas juga. Ocehan adik-adik kelas yang sitabaraknya bahkan hanya ia anggap angin lalu belaka. Kemudian Arum mengambil tangga terccepat untuk sampai dikelas, kaerena kelasnya berada di paling ujung sekolah. Nasib.
Tanpa berhenti bernafas dan berlari, Arum menghampiri teman-temannya dan berteriak,
"Woey!! Kalian tau nggak sih?"
"Ih apaan sih kamu?", celetuk Surya yang selalu sewot dengan kedatangan Arum.
"Makanya dengerin dulu dong!" sambung Arum sambil diikuti cekikikan Tia dan Eko.
"Ya makanya cepet deh. kamu tuh dari wajahnya udah keliatan kalo aneh," kata Eko sambil nyengir.
Tanpa berlama-lama lagi Arum meletakkan kotak musik keperakan tadi di atas meja yang dikelilingi mereka berempat. Tak ada suara. Semua diam dan menatap Arum tajam. Seakan ingin mencekiki lehernya. kemudian tanpa dikomando Tia, Surya, dam Eko tertawa terbahak sambil menuding-nuding hidung Arum yang memang kecil.
"Ngapain kamu kasih lihat kita barang beginian sih? kita juga udah tau kalo kamu suka ngumpulin barang yang berbau perak. Paling-palin ini dari ting sampah lagi kan!" komentar Tia panjang lebar.
"Ah dengerin aku dulu dong!" kata Arum sedikit tidak sabar.
Arum menceritakan semuanya. Dari awal ia menemukan kotak mudik itu di tong sampah belakang sekolah, mencucinya dan mencoba membukanya, namun gagal. Kotak musik itu tidak bisa di buka. bukan karena dikunci, kerena tidak ada lubang kuncinya. Saat membuka kotak musik itu Arum seakan mendengar alunan musik yang kemudian membuatnya menangis. Tapi ia yakin bahwa alunan musik itu tidak berasal dari kotak musik. Seakan-akan berasal dari alam bawah sadarnya.
“Ah kamu mengada-ada aja sih Rum.” Celetuk Surya, ia menganggap cerita arum hanyalah karangan belaka. Baginya yang selalu berpikir realistis itu sangat tidak menarik.
“Terserah deh kalau kalian nggak oercaya buktiin aja sendiri.” Sahut Arum yang langsung memanyunkan bibirnya.
“Bukannya kita nggak percaya gitu Rum,” sambung tia, “Tapi coba deh dipikir, kamu itu kan memang sering berkhayal yang seperti itu. Jadi ya itu bakan hal yang menarik lagi buat kita kan?” sifat Tia yang keibuan selalu bias membuat hati Arum tenang.
Karena sang guru telah memasuki ruang kelas, mereka segera menghentikan pembicaraan. Kembali ke tempat duduk masing-masing. Meskipun dalam hati Arum kurang puas dengan tanggapan kawan-kawannya, ia berusaha menahan hingga jam pelajaran usai. Namun saat istirahat ia menjadi bimbang, apakah ingin membicarakan kotak musik itu lagi dengan kawan-kawannya atau melupakan hal itu. Kawan-kawan tidak memperdulikan pembicaraan tadi pagi. Tapi Arum tetaplah Arum. Rasa penasaran menghantuinya. Saat pulang sekolah ia kembali ketempat dimana ia menemukan kotak musik itu, tong sampah belakang sekolah.
Tak ada siapa-siapa di tempat itu. Karena orang jarang melaluinya. Hanya orang-orang seperti Arum lah yang akan melaluinya. Ia berdiam diri sambil memandangi tong samoah itu. Dikeluarkannya kotak music itu dari dalam tasnya. Kemudian ia mencoba untuk membukanya lagi. Kemudian….kklak! kotak itu terbuka. Namun bukan music yang mengalun, ataupun alunan yang membuat Arum menangis ketika pertama membukanya. Bukan.
Sesosok anak perempuan berambut hitam pendek dengan gaun malam berwarna pink keluar seperti asap dari kotak music itu. Aromanya lembut. Membuat Arum ingin memeluknya,tapi…ada apa dengan wajah gadis itu? Sangat pucat. Dia terlihat sedih, kemudian bulir-bulir turun dari pipinya. Merah seperti darah. Tangan Arum dengan reflex mengusapnya. Astaga! Itu memang darah.Seketika Arum menarik tangannya yang mulai gemetar. Gadis itu terus memandanya seakan memohon sesuatu. Arum terduduk lemas. Ada tangan hangat berusaha menopangnya. Surya dan yang lainnya berusaha menegakkan badan Arum.
"Kamu ngapain sih di sini? Dari tadi kita nyariin kamu tau!" Celotah Eko sambil menepuk-nepuk rok arum yang terkena tanah. 
Arum hanya diam saja ketika teman-temannya membawanya menjauh dari tempat itu. Namun pandangannya masih tertuju pada gadis tadi.
"Kamu ngliatin apa sih rum?" tanya Surya yang heran melihat tingkah Arum. arum tetap diam.
"Oh itu," sahut Tia sambil menunjuk kotak musik yang tergeletak di dekat tong sampah."Biar kuambilkan!" Tia berlari mengambil kotak musik perak itu. Namun sama seperti Arum, Tia terduduk tanpa bisa berkata-kata. melihat ada yang aneh, Eko dan Surya berlari menghampiri Tia. Arum tetap tinggal. Karena tak mengerti dengan apa yang terjadi, Eko mengambil kotak musik itu. Ia terdiam, terpaku melihat gadis itu.
"Apa si?" bentak Surya yang semakin tak sabar. Ia tidak bisa melihat gadis itu. karena ia belum memegang kotak musik yang telah terbuka. Maka karena emosi menguasainya, Surya merebut kotak nusik dari tangan Eko. Saat melihat gadis itu, bukannya ikut terpaku, tapi Surya malah memasang kuda-kuda siap memarahi si gadis. "Siapa kamu!?" bentaknya.
"Jangan!" teriak Arum dari belakang. ia belari dan menghampiri gadis itu. "Kasihan dia Surya!"
"Dia itu hantu." suara Tia bergetar.
"Tapi dia cantik juga." kata eko sambil menelan ludah, tetap saja ia ketakutan.
"Kamu itu kenapa sih Rum? Yang membuatmu seperti tadi itu dia, kenapa kamu masih membelanya? Dasar anak aneh!" Surya semakin muntab.
"Dia sedih, kita harus menghiburnya." Arum memohon-mohon pada Surya.
"Yang bener aja sih rum, kamu nggak takut ya? kalau dia makan kamu ntar gimana?" kata Tia
'Aku nggak akan mengganggu kalian kok.' si hantu ternyata bisa bicara.
"Nggak ngganggu gimana sih? tuh buktinya apa? kamu udah ngganggu itu namanya." Eko mencibir. Si hantu tadi menundukkan kepalanya, darah mulai menetes dari matanya.
"Ih kok malah nangis sih?" tia agak geli melihat tingkah laku si hantu.
"Ya udah deh! sebenernya apa sih mau kamu?" Surya mulai mereda.
Si hantu kemudian memulai ceritanya. Arum dan yang lainnya duduk mengeliling untuk mendengarkan dongeng si hantu. Begini ceritanya. Si hantu itu tadinya adalah seorang gadis berusia 14 tahun. Satu tingkat lebih muda dari Arum dan kawan-kawan. Si jantu meninggal satu bulan yang lalu. Ia mempunyai seorang sahabat bernama Nesha. Saat Nesha berulang tahun yang kesebelas, si hantu memberikan kotak musik berwarna keoerakkan itu pada Nesha dengan menyertakan foto mereka berdua di dalamnya. Saat si hantu itu meninggal entah mengapa jiwanya terkurung dalam kotak musik itu yang selalu dibawa kemana-mana oleh Nesha. Namun beberapa hari yang lalu Nesha membuang kotak musik itu di tong sampah yang sekarang ini menjelma menjadi tempat mendongeng.
Arum mengambil kotak musik itu dan membuka bagian keduanya. Disana terdapat foto Nesha dan si hantu yang memakai gaun malam berwarna pink, sama seperti yang dipakainya sekarang.
"Ehm, kamu meninggal karena apa?" tanya Surya agak kikuk.
'Asma!'
"Kenapa nesha membuang kotak itu sih?" Tia mengomel kaerena agak jengel.
'Aku juga ingin tau.'
"Sekarang kan kamu udah bisa keluar dari kotak musik, kenapa nggak tanya aja sama Nesha?" usul Eko asal.
'Aku nggak berani,'
"Masak hantu takut sih, ane!" cibir Eko lagi.
'Nesha pasti nggak mau aku menemuinya.'
"Kan belum dicoba! kita temenin deh." kata Arum mulai bersemangat.
"Aaargh kamu itu gila ya Rum!?" Surya sampai berdiri mendengar perkataan Arum."Gila ah gila!"
"Iya deh kita temenin." Tia menunjukkan sikap setuju. Surya sampai melomgo melihat teman-temannya. Bahkan Eko yang anaknya penakut pun menyetujui, ia sudah melangkah pergi entah kemana.
"Mau kemana sih kamu?" Surya menarik lengan Eko.
"Ke rumahnya Nesha lah!"
"Emang tau rumahnya?" cibir Arum.
Si hantu mengikik melihat tingkah teman-teman barunya, serentak semua menoleh ke arah si hantu. mereka merinding mendengar kikikan si hantu.

Mereka berlima sampai dirumah Nesha. Surya yang terlihat selalu dewasa diantara yang lain mengajak keluar Nesha. Akhirnya dia juga yang menjadi sasaran.
Nesha pucat saat melihat si hantu yang ternyata bernama Helen itu. Kemudian Nesha menangis. Helen mendekati Nesha dan memeluknya. Melihat itu semua Arum dan kawan-kawan berangkulan. Namun,
"Kok nggak tembus ya?" celetuk Eko. 
"Ssstt..." 

'Nesha jangan sedih lagi ya. pokoknya nggak boleh.' kata Helen sambil mengusap air mata Nesha. Ia hanya menangis dan menangis. 'Nesha harus rela helen pergi!' Bayang-bayang Helen pun mulai menghilng, ia sempat menoleh pada Arum dan mengucapkan terima kasih. Hantu Helen menghilang.Arum dan kawan-kawan mendekati Nesha, berusaha menangkannya.
"Udah dong Nes. Kalau kamu sedih gini pasti Helen juga sedih." kata Tia membelai rambut Nesha.
"He em," kali ini surya setuju. Lainnya ikut mengangguk setuju.
"Ini kotak musik kamu kan?" Arum memberikan kotak musik itu pada Nesha. "Jaga baik-baik ya!"
Empat shabat itu berpamitan dan meninggalkan Nesha. Hari sudah mulai sore. Perut mereka pastilah sangat lapar. Karena tadi sewaktu mendengarkan dongen Helen tidak ada jamuannya.
"Kalau kita akan selalu jadi sahabat kan, apapun yang terjadi?" tanya Arum saat perjalanan pulang.
"Tergantung!" celetuk Surya. Serentak semua menoleh heran padanya. "Kalau yang kayak begini nih, mengkhawatirkan!" sambil menuding Arum. Ia mengomel-ngomel, tapi semuanya lari. Jadilah mereka saling kejar-kejaran. Tertawa bersama sahabat itu sangatlah menyenangkan.